15 Juni 2021

Liku-liku Menuju Kampus Impian


Beberapa hari ini beranda instagramku dilalui berbagai kisah mengenai pengumuman sbmptn, ada yang bahagia ada juga yang nestapa. Bagiku setiap mendengar pengumuman SMPTN dan SBMPTN suka ada perasaan haru biru, bagaimana perasaan anak, bagaimana pula dengan perasaan orang tua yang menginginkan kampus terbaik.

Memiliki tiga orang anak dengan karakter dan juga kemampuan berbeda. Memiliki keinginan yang berbeda untuk menentukan kampus tujuan, membuat pengumuman penerimaan mahasiswa baru ke PTN selalu ingin ikut menelusuri dan mengingat bagaimana perjuangan anak-anakku untuk tembus PTN.

Bagiku tahun ketika memasuki masa kuliah adalah tahun yang penuh dengan rasa khwatir dan cemas. Selama ini mungkin dengan rasa egoisku, aku selalu memperlihatkan UI, ITB dan UGM sebagai tempat kuliah yang harus dituju. Egois dan mungkin sedikit menutupi kepenasaranku karena dulu tidak berhasil masuk ke salah satu kampus impian itu.

Tahun 2013, anakku yang pertama yang mengajukan keinginan untuk pindah jalur dari jurusan IPA ke jurusan IPS, pada saat menentukan jurusan kuliah. Sebelumnya tentu saja mengikuti jalur SMPTN hanya saja tidak berhasil lolos. Sempat aku memperdebatkan soal jurusan ini, ya...dia memilih jurusan Ilmu Komunikasi sementara aku yang dari kecil terdoktrin untuk memilih jurusan IPA, menyarankan untuk masuk jurusan IPA, dan akhirnya aku mengikuti keinginannya.

Waktu itu tidak pernah terlintas sedikitpun untuk memiliki kampus cadangan swasta, mungkin itu yang menyebabkan tinkat deg-degannya lebih tinggi. kalau tidak salah waktu itu jalur mandiri UGM (UTUL) dilaksanakan sebelum SBMPTN, jadi sesuai dengan rencana, segala jalur masuk PTN harus dicoba dan dimulai dengan UTUL ini.

Mungkin drama anak pertama ini tidak terlalu tegang, karena Alhamdulillah dia lolos di test masuk pertama ya lewat UTUL UGM, lucunya pas pengumuman yang dilaksanakan pukul 12.00 malam dia malah tertidur pulas sedangkan aku sudah tidak karuan menunggu pengumuman dari sejak sore. Jam 12.00 malam aku sengaja nggak tidur dulu, langsung melihat pengumuman dan Alhamdulillah masuk, ketika itu aku screenshoot hasil pengumuman dan dijadikan background PC, alhasil subuh dia bangun langsung loncat ke depan komputer dan begitu masuk muncul hasil screenshoot pengumuman kelulusan, Alhamdulillah...

Anak kedua memasuki masa-masa menegangkan masuk PTN di tahun 2015, dengan kecenderungan anaknya yang diam tidak banyak bicara dan juga tidak menunjukkan keriweuhan, yang aku tahu dia hanya ingin masuk ke jurusan Teknik Elektro, dimulai dari SMPTN mencoba masuk ITB dan UGM akan tetapi belum berhasil, padahal u tuk yang kedua ini aku sangat berharap dia masuk lewat jalur SMPTN karena nilai raportnya bagus, tapi Allah berkehendak lain.

SMPTN lewat saatnya menyiapkan diri lewat jalur SBMPTN, anak kedua ini memilih Zenius sebagai teman belajar dan memutuskan untuk tidak bimbel ofline. Oya, sebelumnya anakku diterima di Polban tapi tidak aku rekomendasikan untuk diambil, ya...ke Polban ini dia daftar dengan tidak sepengetahuan kami, daftar sendiri, hanya saja seperti pada anakku yang pertama keegoisanku masih berlku, coba ITB,UI dan UGM. Dan memang dia sendiri menerapkan itu, semangat untuk menembus diantar 3 PTN itu.

Pengumuman SBMPTN yang dinanti diluar dugaan, anakku tidak lolos, akupun mulai panik walaupun tidak menunjukkan kepanikan di depan anak-anakku, selalu kuucapkan masih ada jalan lain, ayo lanjut iku jalur mandiri. Perjuangan jalur mandiri dimulai dengan SIMAK UI dan gagal, lanjut UM UNDIP dan UTUL UGM. Kadang aku merasa sangat iba dengan kondisi anakku, dia pasti lelah dengan tekanan yang luar biasa, disaat teman-temannya yang notabene kemampuan di SMAnya dibawah dia akan tetapi sudah memiliki tempat di PTN masing-masing, sementara dia belum, pasti itu menimbulkan tekanan yang sangat berat. Dan juga untuk anak kedua ini aku sama sekali tidak mencadangkan kampus swasta, karena masih tetap berharap bisa masuk PTN.

Pengumam SIMAK UI gagal, kabar gembira  ketika UM UNDIP dinyatakan lulus di jurusan Teknik Elektro, walaupu sempat agak ragu untuk masuk UNDIP, akan tetapi berkas registrasi tetap diurus, sampai akhirnya pengumuman UTUL UGM keluar, Alhamdulillah ya Allah, anakku berhasil keterima di jurusan Elektronika dan Instrumentasi UGM. Rasanya plng beban fikiran yang ada, tidak ada perayaan atau apa, kami hanya saling tersenyum, begitu juga senyum sumringah terlihat di wajah kakak dan adiknya, kebahagaian yang menular ke seluruh keluarga.

Anak ketiga bungsu, perempuan satu-satunya dengan beban yang lebih berat karena kedua kakanya masuk di UGM, satu dari 3 kampus yang diimpikan. memulai pedebatn ketika awal masuk SMA, dengan keputusan dia memilih jurusan IPS, seperti yang aku ceritakan aku yang didoktrin dari kecil bahwa IPA lebih baguss dari IPS tidak semena-mena begitu saja menerima keputusannya, walaupun dengan secara halus aku ajak ngobrol dia tentang alasannya ingin masuk jurusan sosial, dan dia bilang bahwa keputusannya sudah bulat untuk masuk IPS karena merasa kurang mampu menerima pelajaran matematka dan IPA.

Meskipun seperti sudah diceritakan bahwa aku egois, tentu saja aku bisa memahami keinginan dia, dan tidak mungkin untuk terus berdebat, hanya saja aku coba bujuk dia untuk mengikuti test STIFIN untuk mengetahui keilmuan yang sesuai untuk dia, dan diapun setuju. Akhirnya aku mengalah ketika hasil test menunjukkan bahwa bakat dan kecenderngan kemampun dia memang jurusan sosial, baiklah...harus bagaimana lagi.

Tahun 2018 saatnya memasuki masa-masa penerimaan mahasiswa baru, anakku yang eeling introvet, dan mempunyai kecenderungan aktif memimpin di kelas, sudah merancang dan mendiskusikan jalur SMPTN, dia begitu yakin bisa masuk karena peringkat paralel dia di SMA ada di 10 besar, pilihannya UNPAD, diluar 3 kampus yang aku sarankan sejak awal. 

Pengumuman SMPTN ternyata menimbulkan kepedihan mendalam buat dia, gagal di SMPTN sementara 17 orang teman-teman sekelasnya lolos, tentu membawa mental ke titik terendah, apalagi dia selama ini aktif membantu teman-temannya dalam memenuhi persyaratan SMPTN, dan teman-teman yang dia bantu berhasil masuk. Menangis seharian sampai mata sembab, sampai diujungnya aku tanya apakah kalu dengan terus menangis hasil pengumuman akan berubah.....hmmm galak y aku....

Mulai balik ke persiapan SBMPTN, kali ini dia tancapkan bendera UI di arah tujuannya. Tak mau daftar UNPAD karena pernah tertolak, tak mau daftar UGM karena sudah ada dua kakaknya lulusan UGM. Memilih jurusan administrasi niaga sebagai tujuan tak bergeming ketika aku sarankan ilmu komunikasi karena dia memiliki kemampuan komunikasi yang baik. ok...aku ikut keinginannya.

Tak pernah terlintas sedikitpun bahwa memiliki dua orang kakak yang kuliah di UGM itu adalah beban tersendiri buat dia, dan juga keputusan aku yang tetap tidak daftar kampus swasta sebagai cadangan, membuat dia merasa tertekan, tapi Alhamdulillah lebih cenderung ke arah positif dengan menyiapkan sebaik-baiknya untuk mengikuti SBMPTN

Alhamdulillah, di sore itu, di jam pengumuman yang dimajukan satu jam. dia yang tidak pernah mau memberitahukan nomor ujiannya, disaat aku masih hettic dengan pekerjaan kantor, ada telpon masuk dengan suara gembira diiringi tangisan bahagia karena berhasil masuk ke UI.

Alhamdulllah syukur tak terhinggan atas izin Allah, ketiga anakku berhasil masuk di PTN yang diinginkan walaupun dengan jalan yang berliku dengan segala cerita dan drama dibaliknya, semoga menjadi bekal untuk kebaikan dalam kehidupannya.

Bagi para orangtua, mungkin banyak kisah yang tak tersampaikan, karena kita harus tetap tenang dan tegar serta tetap tersenyum ketika anak-anak tegang dengan hari-hari mengejar kampus impian